Nurainiajeeng's Blog

Archive for October 2012

Budaya atau kebudayaan merupakan sesuatu hal yang kompleks dan abstrak. Kebudayaan dalam suatu kelompok daerah, wilayah atau bangsa berkaitan dengan tiga aspek utama, yaitu ide atau gagasan, aktivitas atau perilaku, dan hasil karya. Tiga aspek tersebut tidak mudah untuk dijabarkan, intinya semua itu berasal dari kognitif manusia. Tiga aspek tersebut bersatu yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam kelangsungan kehidupannya maupun kehidupan masyarakat. Berbicara mengenai kebudayaan tidak lepas dari cara mempertahankan, menjaga dan yang paling penting adalah melestarikannya agar tetap eksis diantara budaya yang lain. Menurut Koentjaraningrat dan M.Jacobs kebudayaan merupakan warisan sosial yang harus diwariskan kembali kepada generasi selanjutnya dengan proses belajar. Dalam hal melestarikan dan mewariskan budaya ini kita mengenal istilah transmisi budaya.

Pengertian Transmisi Budaya

Pewarisan budaya dapat disamakan dengan istilah transmisi kebudayaan. Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Cultural transmission is the way a group of people or animals within a society or culture tend to learn and pass on new information.

Transmisi budaya dinilai sebagai suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.

Transmisi kebudayaan merupakan salah satu fungsi komunikasi yang paling luas. Dikatakan demikian karena, dalam proses pewarisan budaya kita menggunakan bahasa dan cara-cara interaktif sebagai usaha untuk mentransfer budaya dari satu generasi ke generasi lain. Dalam proses pewarisan budaya secara tidak langsung terjadi interaksi sosial antar individu yang mungkin saja membahas tentang ide-ide atau gagasan suatu budaya atau dapat saja memperkuat kesepakatan norma-norma.

Transmisi budaya memiliki fokus dan konsentrisitas pada tiga misi, yaitu:

  • menanamkan (juga menggagas, mengkreasi, apabila publik belum memiliki bibit dan potensi keunggulan);
  • mengembangkan (dengan inovasi dan adaptasi, apabila masyarakat telah memiliki benih-benih keunggulan yang kemudian diperluas dan ditingkatkan); dan
  • memantapkan (juga melestarikan dan konservasi, apabila masyarakat telah mengembangkan tradisi keunggulan secara padu dan bersama).

Proses transmisi budaya meliputi proses-proses imitasi, identifikasi dan sosialisasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Pertama-tama tentunya imitasi didalam lingkungan keluarga dan semakin lama semakin meluas terhadap masyarakat lokal. Transmisi unsur-unsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Seperti telah dikemukakan manusia adalah aktor dan manipulator dalam kebudayaannya. Oleh sebab itu, unsur-unsur tersebut harus diidentifikasi. Proses identifikasi itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat kemampuan manusia itu sendiri. Selanjutnya nilai-nilai atau unsur-unsur budaya tersebut haruslah disosialisasikan artinya harus diwujudkan dalam kehidupan yang nyata didalam lingkungan yang semakin lama semakin meluas. Nilai-nilai yang dimiliki seseorang harus mendapatkan pengakuan lingkungan sekitarnya. Artinya kelakuan-kelakuan yang dimiliki tersebut adalah yang sesuai atau yang seimbang dengan nilai-nilai yang ada dalam lingkungannya. Ketiga proses transmisi tersebut berakitan dengan bagaimana cara mentransmisikannya.

Bentuk-bentuk Transmisi Budaya dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Psikologi Individu

Bentuk-bentuk transmisi budaya dapat dikatakan sebagai proses pembudayaan. Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang belum mengetahui budaya tersebut sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses enkulturasi sedangkan adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses akulturasi.

  • Enkulturasi

Konsep ”enkulturasi” mengacu kepada suatu proses pembelajaran kebudayaan (Soekanto, 1993:167). Proses pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam keluarga, komunitas budaya suatu suku, atau budaya suatu wilayah. Proses pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang tua atau orang yang dianggap lebih tua. Dalam proses ini, seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses enkulturasi sudah dimulai sejak kecil, awalnya dari orang dalam lingkungan keluarga lalu dari teman-teman bermain. Dengan demikian pada hakikatnya setiap orang sejak kecil sampai tua, melakukan proses enkulturasi, mengingat manusia sebagai mahluk yang dianugerahi kemampuan untuk berpikir dan bernalar sangat memungkinkan untuk setiap waktu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotornya.

Pengaruh enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu sangatlah berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan internal individu, seperti motivasi, sikapnya terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang terdekatnya, proses perolehan keterampilan bertingkah laku, serta proses penyesuain dan penerimaan diri berdasarkan latar belakang budayanya. Contohnya seorang anak belajar mendisiplinkan dirinya sendiri melalui didikan orang tua mengenai waktu belajar, waktu bermain, dan waktu istirahat. Atau seorang anak yang diajarkan bagaimana caranya bersopan santun oleh orang tuanya.

  • Akulturasi

Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun pengaruh-mempengaruhi dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sifatnya, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diakomodasikan dan dintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri (Koentjaraningrat,1990:91). Akulturasi sudah ada sejak dulu dalam sejarah budaya manusia. Akulturasi timbul sebagai akibat adanya kontak langsung dan terus-menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya suatu perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat bersangkutan.

Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan seseorang yang tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, dan kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut; misalnya seseorang yang baru pindah ke tempat baru, maka ia akan mempelajari bahasa, budaya, dan kebiasaan dari masyarakat ditempat baru tersebut, lalu ia akan berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat itu.

Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pendidikan juga dipandang sebagai alat untuk perubahan budaya. Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses pembudayaan yang formal (proses akulturasi). Proses akulturasi bukan semata-mata transmisi budaya dan adopsi budaya tetapi juga perubahan budaya. Sebagaimana diketahui, pendidikan menyebabkan terjadinya beragam perubahan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi. politik, dan agama. Namun, pada saat yang bersamaan, pendidikan juga merupakan alat untuk konservasi budaya-transmisi, adopsi, dan pelestarian budaya. Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam antara lain : pertama, kontak budaya belajar bisa terjadi antara seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan individu-individu dari dua masyarakat. Kedua, kontak budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara kedua kelompok masyarakat yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Ketiga, kontak budaya belajar timbul diantara masyarakat yang mempunyai kekuasaan, baik dalam politik maupun ekonomi.

  • Sosialisasi

Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana ia menjadi anggota. Maksudnya sosialisasi merupakan seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa berkembang, berhubungan, mengenal dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat.

Menurut Gillin dan Gillin, sosialisasi adalah proses yang membawa individu dapat menjadi anggota yang fungsional dari suatu kelompok yang bertingkah laku menurut standar-standar kelompok mengikuti kebiasaan-kebiasaan kelompok tersebut atau norma kelompok. Proses sosialisasi dalam perkembangan psikologi individu memberi pengaruh peranan-peranan individu dimana ia berada maupun dimasyarakat luas. Dalam proses sosialisasi individu diajarkan untuk menjalankan peranannya secara baik dan sesuai dengan standar.

 

Persamaan Dan Perbedaan Antar Budaya Dalam Hal Transmisi Budaya Melalui Masa Perkembangan Individu

  • Kesamaan dan perbedaan transmisi budaya melalui enkulturasi dan sosialisasi antara lain : Persamaan yang paling menonjol dari kedua proses transmisi tersebut adalah pengenalan , pemahaman kebudayaan tertentu dimana prinsip dasarnya memberikan informasi mengenai budaya suatu daerah terhadap budaya lain. Proses dimana kita belajar dan menginternalisasi aturan dan pola perilaku yang dipengaruhi oleh budaya Perbedaan antara kedua transmisi tersebut adalah proses menyesuaikan diri terhadap budaya tersebut , dimana kita dituntut lebih dari sekedar mengenal budaya tersebut , tapi lebih pada praktek kegiatan budayanya.
  • Kesamaan dan perbedaan dalam hal transmisi budaya melalui masa remaja : Pada masa remaja adalah masa transisi, dimana proses pencarian jati diri masih berlangsung. Pemahaman kebudayaan remaja sangatlah penting namun transmisi budaya pada remaja saat ini sangat sulit. Pemahaman tentang budaya itu sendiri dapat dimengerti, namun untuk mempraktekan budaya itu sendiri kebanyakan remaja masih kurang berminat. namun ada juga remaja yang peduli akan budaya, contoh: penari daerah yang terus melestarikaan budayanya itu sendiri. Selain itu, mendominasi pada pemikiran tentang kepribadian di budaya barat contohnya amerika serikat misalnya aktualisasi diri, kesadaran diri, konsep diri, keyakinan diri, penguatan diri, kritik diri, mementingkan diri sendiri, meragukan diri sendiri (Lonner, 1988). Sedangkan perbedaannya yaitu dalam budaya bukan barat seperti negara timur china, jepang dan inidia. Bersifat kolektivistik ketimbang individualistik (Triandis, 1985, 1994).
  • Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya dalam hal konfromitas: konformitas merupakan hasil interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan manusia bermasyarakat yang akan memunculkan perilaku-perilaku kesepakatan (conformitas) sebagai bentuk aturan bermain bersama. Hal ini menyangkut perilaku kepatuhan. Kesamaan  ketika manusia yang hidup bermasyarakat mematuhi peraturan atau adat istiadat yang ada dilingkungan itu sendiri dan bisa menempatkan dirinya sesuai tempatnya. Perbedaan: ketika manusia yang hidup bermasyarakat itu tidak mau mengikuti peraturan yang ada dilingkungannya itu sendiri dan orang itu pun bersifat sesukanya dan tidak memandang peraturan yang berlaku dilingkungannya.
  • Kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya dalam hal kognisi sosial: Kognisi social adalah tata cara dimana kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social. Kognisi social dapat terjadi secara otomatis. Kesamaan: sama-sama untuk mengetahui suatu informasi , dan biasanya langsung mencirikan bahwa orang itu dari daerah mana. Contonya, saat kita melihat seseorang dari suatu ras tertentu (Cina, misalnya), kita seringkali secara otomatis langsung berasumsi bahwa orang tersebut memiliki ciri/sifat tertentu. Perbedaan: berbedaannya kalau kognisi sosial menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social.
  • Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal perilaku gender: Gender merupakan hasil konstruksi yang berkembang selama masa anak-anak sebagaimana mereka disosialisasikan dalam lingkungan mereka. Adanya perbedaan reproduksi dan biologis mengarahkan pada pembagian kerja yang berbeda antara pria dan wanita dalam keluarga. Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya mengakibatkan perbedaan ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yang berbeda antara pria dan wanita. Faktor-faktor yang terlibat dalam memahami budaya dan gender tidak statis dan unidimensional. Keseluruhan sistem itu dinamis dan saling berhubungan dan menjadi umpan balik atau memperkuat sistem itu sendiri. Sebagai akibatnya sistem ini bukan suatu unit yang linear dengan pengaruh yang berlangsung dalam satu arah, dan semua ini diperoleh dalam kehidupan kita sendiri. Sebagai konsekuensinya, budaya yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Satu budaya mungkin mendukung kesamaan antara pria dan wanita, namun budaya lainnya tidak mendukung kesamaan tersebut. Dengan demikian budaya mendefinisikan atau memberikan batasan mengenai peran, kewajiban, dan tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita.

 

 

 NUR AINI SEKAR PUTRI M

15510110

3PA01

 

 

 

Referensi:

 

Psikologi lintas budaya merupakan salah satu pecahan atau sub ilmu dari psikologi sendiri. Mengapa psikologi lintas budaya bisa tercetus dan dinilai menjadi perlu ada dalam dunia ilmu pengetahuan? Serta mengapa kemudian menjadi ilmu yang cukup diperhatikan saat ini? Pada dasarnya psikologi lintas budaya menjadi ada karena para ahli melihat bahwa setiap manusia yang ada diseluruh dunia mempunyai perbedaan budaya yang sedikit banyak mempengaruhi pola pikir ataupun tingkah laku mereka. Kebermaknaan budaya bagi setiap individu didunia menjadi peran penting yang terkadang menjadi dasar hal psikologis individu.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, psikologi lintas budaya menjadi ilmu yang cukup diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari untuk dijadikan pedoman analisis dalam persoalan psikologis. Apalagi ditambah dengan perkembangan budaya yang semakin memperjelas adanya perbedaan keragaman budaya antara dunia barat dan dunia timur, antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Psikologi lintas budaya memungkinkan kita melihat disiplin ilmu psikologi dari perspektif ragam budaya tersebut.

Dalam mendefinisikan apa itu psikologi lintas budaya, ada baiknya kita mengerti maksud dari esensi arti kata “budaya” itu sendiri. Budaya merupakan suatu konsep abstrak dan sering kali dikaitkan dengan ras, etnis atau bangsa (nationality). Budaya juga sering kali dititik beratkan hanya pada aspek seni, seperti seni tari, seni musik, dan seni rupa. Padahal budaya adalah suatu konsep rumit yang merekat pada banyak aspek hidup dan kehidupan. Beberapa aspek melibatkan aspek materi seperti makanan dan pakaian, sedang beberapa lagi mengacu pada komunitas dan struktur terpisah seperti organisasi perusahaan, yang lainnya mengacu pada perilaku individu, melakukan aktivitas seperti kegiatan keagamaan.

Sebagai sebuah konsep abstrak, lebih dari sekedar label, budaya memiliki kehidupan sendiri, ia terus berubah dan tumbuh, akibat dari pertemuan-pertemuan dengan budaya lain, perubahan kondisi lingkungan, dan sosiodemografis. Budaya adalah produk yang dipedomani oleh individu-individu yang tersatukan dalam sebuah kelompok.

Culture as the set of attitudes, values, belifs, and behaviors shared by a group of people, but different for each individual, communicated from one generation to the next (Matsumoto, 1996).

Definisi budaya secara luas adalah suatu sistem aturan yang dinamis (eksplisit dan implisit) yang ditumbuh tradisikan oleh kelompok/komunitas tertentu agar tetap eksis keberadaannya, melibatkan sejumlah sikap, nilai, kepercayaan, norma dan perilaku yang disepakati bersama tetapi mungkin dipahami berbeda oleh spesifik unit, komunikasi lintas generasi, relatif stabil tetapi berpotensi untuk berubah lintas waktu.

Dengan memahami makna budaya kita dapat dengan mudah mendapatkan gambaran tentang apa itu psikologi lintas budaya.

Pengertian Psikologi Lintas Budaya

Psikologi lintas budaya adalah cabang psikologi yang (terutama) menaruh perhatian pada pengujian berbagai kemungkinan batas-batas pengetahuan dengan mempelajari orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda. Dalam arti sempit, psikologi lintas budaya secara sederhana hanya berarti melibatkan unsur latar belakang keragaman budaya yang berbeda dalam memaknai hal psikologis. Dalam arti luas, psikologi lintas budaya terkait dengan pemahaman atas apakah kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis bersifat universal (berlaku bagi semua orang di semua budaya) ataukah khas budaya (culture spscific, berlaku bagi orang-orang tertentu di budaya-budaya tertentu) (Matsumoto, 2004).

Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan diantara ubahan psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.

Menurut Seggal, Dasen, dan Poortinga (1990) psikologi lintas budaya adalah kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk, dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Pengertian ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok, yaitu keragaman perilaku manusia di dunia, dan kaitan antara perilaku individu dengan konteks budaya, tempat perilaku terjadi.

Sejumlah definisi lain mengungkapkan beberapa segi baru dan menekankan beberapa kompleksitas:

  • Riset lintas budaya dalam psikologi adalah perbandingan sistematis dan eksplisit antara ubahan-ubahan (variabel) psikologi dibawah kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan maksud mengkhususkan anteseden-anteseden dan proses-proses yang memerantarai (mediate) kemunculan perbedaan perilaku (Eckensberger, 1972).
  • Psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan yang bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan metode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal (Triandis,Malpass, & Davidson, 1972).
  • Psikologi lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa kearah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan. Dalam sebagian besar kajian, kelompok-kelompok yang dikaji biasa berbicara dengan bahasa berbeda dan dibawah pemerintahan unit-unit politik yang berbeda (Brisling, Lonner, & Thorndike, 1973).
  • Psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya yang berbeda, yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan (Triandis, 1980).

Setiap definisi dari masing-masing ahli diatas, menitikberatkan pada ciri tertentu, seperti;

  1. gagasan kunci yang ditonjolkan ialah cara mengenali hubungan sebab-akibat antara budaya dan perilaku.
  2. berpusat pada peluang rampat (generalizabiliti) dari pengetahuan psikologi yang dianut.
  3. lebih menitikberatkan pengenalan berbagai jenis pengalaman budaya.
  4. mengedepankan persoalan perubahan budaya dan hubungannya dengan perilaku individual.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa psikologi lintas budaya adalah psikologi yang memperhatikan faktor-faktor budaya, dalam teori, metode dan aplikasinya.

Tujuan Psikologi Lintas Budaya

1. Pengujian kerampatan (generality) pengetahuan dan teori psikologis yang ada.

Dalam tujuan ini berusaha membawa hipotesis dan temuan para psikolog ke lingkungan budaya lain untuk menguji daya terapnya dalam kelompok manusia lain atau semua manusia. Segall (1990) mengatakan bahwa mengingat pentingnya budaya sebagai suatu penentu perilaku, para psikolog wajib menguji kerampatan lintas budaya dari asas-asas mereka sebelum menetapkan asas-asas itu.

2. Menjelajah budaya lain untuk menemukan variasi psikologis yang tidak dijumpai dalam pengalaman budaya seseorang yang tidak dijumpai dalam pengalaman budaya seseorang yang memang terbatas.

Tujuan kedua ini memperjelas tujuan pertama, sehingga kita dapat merampatkan dan mencari tahu sebab-sebabnya atau menemukan cara-cara alternatif (yang mungkin khas budaya setempat). Tujuan kedua ini juga membuka mata terhadap aspek-aspek perilaku yang baru walau kita telah mendapat dukungan menarik dari penempatan fenomena yang kita pelajari.

3. Berusaha menjalin dan mengintegrasikan hasil-hasil yang diakui ke dalam sebuah psikologi berwawasan luas ketika tujuan pertama dan kedua tercapai.

Dalam tujuan ini menetaskan sebuah konstruksi psikologi yang mendekati universal dan sahih bagi tebar budaya yang lebih luas (broader range of cultures).

Selain 3 tujuan utama diatas psikologi lintas budaya juga memiliki tujuan lain yaitu; menyusun bangunan pengetahuan (body of knowledge) tentang manusia yang berbudaya dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh bagi kepentingan kehidupan manusia, memanfaatkan pengetahuan psikologi lintas budaya bagi kehidupan manusia yang lebih baik di dunia praksis, melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang unik untuk mengidentifikasi bagaimana dampak perilaku kita, kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya, mengatahui persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis dalam berbagai budaya dan kelompok etnik.

Hubungan Antara Psikologi Lintas Budaya Dengan Ilmu Lainnya

Psikologi lintas budaya jelas memiliki hubungan dengan disiplin ilmu lainnya, walaupun psikologi lintas budaya merupakan salah satu cabang dari psikologi yang berarti terdiri dari gabungan beberapa ilmu. Hubungan antara psikologi lintas budaya dan ilmu lainnya dapat tercipta karena pada dasarnya psikologi lintas budaya merupakan ilmu penengah antara ilmu-ilmu yang dilihat subjek kelompok seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, dan lain-lain dengan ilmu yang dilihat subjek individu seperti psikologi umum, psikologi kepribadian, dan lain-lain. Berikut ini pemaparan dari beberapa ilmu yang berhubungan dengan psikologi lintas budaya.

  • Hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu antropologi

Dalam mencari hubungan antara ilmu psikologi lintas budaya dengan ilmu antropologi diperlukan kehati-hatian, karena kedua ilmu tersebut sering kali merancukan karena tumpang tindih dalam definisi, maupun kefokusan disiplin ilmu. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia yang difokuskan hanya pada kebudayaannya, antropologi melihat atau memahami manusia sebagai makhluk berbudaya. Sedangkan psikologi lintas budaya melihat manusia secara psikologis namun dengan pertimbangan latar belakang kebudayaan. Sebenarnya psikologi lintas budaya merupakan irisan antara ilmu psikologi juga antropologi, hanya saja dilihat lebih jauh dan luas dengan membandingkan budaya yang satu dengan budaya lainnya. Contoh : masyarakat dunia barat tidak banyak mempunyai upacara adat layaknya seperti masyarakat dunia timur, hal ini menimbulkan perbedaan secara psikologis antara masyarakat dunia barat dengan dunia timur. Masyarakat dunia timur lebih bersikap luhur karena masih tinggi tingkat kepercayaannya terhadap mitos dan leluhur  mereka sedangkan masyarakat barat kurang percaya.

  • Hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kemasyarakatan menyangkut struktur sosial, gejala sosial, proses-proses sosial, dan interaksi sosial. Sosiologi memandang manusia sebagai makhluk sosial, atau makhluk berkelompok. Dalam psikologi lintas budaya juga mempelajari psikologis kelompok dalam perbedaan atau keragaman budaya. Karena kalau berbicara budaya tidak hanya dipunyai oleh satu individu namun banyak individu-individu yang mempunyai budaya yang sama dan saling berinteraksi yang bergabung dalam kelompok. Jadi, hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai buadaya dan kelompok etnik yang berada dalam suatu kehidupan masyarakat.

  • Hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu klinis/ medis atau kedokteran

Dalam memberikan jasa atau pelayanan seringkali profesi-profesi yang berhubungan dengan dunia medis juga menggunakan prinsip-prinsip ilmu psikologi lintas budaya dalam melakukan pendekatan terhadap klien. Contoh: dikota-kota besar melahirkan dengan dokter atau bidan merupakan hal yang wajar, namun didesa-desa atau wilayah pedalaman terbiasa melahirkan dibantu dengan dukun anak yang tidak mempunyai pengetahuan memadai tentang hal kesehatan. Psikologi lintas budaya diperlukan untuk melakukan pendekatan ke para masyarakat desa agar mau melahirkan di bidan.

  • Hubungan psikologi lintas budaya dan ilmu ekonomi

Ilmu ekonomi banyak dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan, upaya bertahan hidup, transaksi, serta hal-hal yang mengarah pada keuntungan secara materil. Psikologi lintas budaya melihat pola pikir, tingkah laku masyarakat dunia dengan keragaman budayanya dalam melakukan aktivitas ekonomi. Contoh: perilaku konsumtif masyarakat negara berkembang lebih tinggi dibanding masyarakat negara maju. Dalam hal ini ada faktor-faktor psikologis yang terkait seperti persepsi, motivasi, kognisi, dan lain-lain.

  • Hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu politik

Dalam teori politik, sistem politik itu terbangun dari berbagai sub sistem politik yang ada serta dipengaruhi oleh sistem-sistem yang lain termasuk sistem budaya. Sementara itu, Budaya politik sering dimaknai sebagai segala pemahaman dan perilaku individu maupun masyarakat tentang kehidupan politik yang terjadi disuatu negara atau disuatu tatanan sistem politik. Dengan demikian budaya politik itu secara garis besar berhubungan dengan sikap dan perilaku politik seseorang atau masyarakat dalam sebuah sistem politik yang tidak terlepas dari faktor psikologis. Pada umumnya para ilmuwan politik membagi budaya politik menjadi 3 bagian atau 3 tahapan yaitu budaya politik kognitif, afektif dan evaluative.

Perbedaan Psikologi Lintas Budaya Dengan Psikologi Indigenous, Psikologi Budaya, dan Antropologi

Perbedaaan psikologi lintas budaya dengan psikologi indigenous

Psikologi indigenous adalah pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki pemahaman mendasar pada fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan setempat. Definisi ini, menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

  1. pengetahuan psikologi tidak dipaksakan dari luar, melainkan dimunculkan dari tradisi budaya setempat
  2. psikologi yang sesungguhnya bukan berupa tingkah laku artifisial (buatan) yang diciptakan (hasil studi eksperimental), melainkan berupa tingkah laku keseharian
  3. tingkah laku dipahami dan diinterpretasi tidak dalam kerangka teori yang diimport, melainkan dalam kerangka pemahaman budaya setempat
  4. psikologi indegenus mencakup pengetahuan psikologi yang relevan dan didesain untuk orang-orang setempat. Dengan kata lain, psikologi indigenus mencerminkan realitas sosial dari masyarakat setempat.

Psikologi indigenus menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, juga merupakan psikologi yang appropriate (cocok; tepat; pantas) untuk setiap budaya yang ada di negara manapun.

Melalui definisi ini dapat terlihat perbedaan antara psikologi lintas budaya dengan psikologi indigenous, aspek yang dilihat memang sama yaitu kebudayaan namun fokusnya berbeda. Psikologi lintas budaya melihat psikis dengan latar belakang keragaman budaya yang universal maupun khas, sedangka indigenous psychology sebagai understanding people in context merupakan suatu terobosan baru dalam dunia psikologi karena mampu memahami manusia berdasarkan konteks kultural/budaya setempat. Hal ini juga sebagai bukti bahwa setiap perilaku manusia itu akan selalu dan pasti dipengaruhi oleh sistem nilai masyarakat setempat.

Perbedaan psikologi lintas budaya dengan psikologi budaya

Psikologi budaya adalah studi tentang cara tradisi budaya dan praktek sosial meregulasikan, mengekspresikan, mengtransformasikan dan mengubah psikis manusia. Psikologi budaya merupakan studi tentang cara subjek dan objek self dan other, psike, dan budaya person dan konteks, figure dan ground, praktisi dan praktek hidup bersama. Psikologi budaya mengasumsikan tentang prinsip intensionalisme, dimana kehidupan psike adalah kehidupan person intensional.

Dapat dilihat bahwa psikologi budaya hanya memandang psikis manusia dari akar budayanya tanpa melihat keragaman yang ada. Psikologi budaya lebih melihat eksistensi budayanya satu persatu dan tidak membandingkan dengan budaya lainya. Sedangkan psikologi lintas budaya melihat pada eksistensi keragaman budaya.

Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi

Menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Antropologi adalah Psikologi lintas budaya  melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Antropologi melihat bagaimana manusia dalam suatu masyarkat melahirkan suatu kebudayaan.

 

 

 

Daftar referensi:

 

NUR AINI SEKAR PUTRI M

15510110

3PA01



    • Yuli: waw keren aini....:-)
    • Intan: thaks ya gan infonya.. sangat bermanfaat buat saya dan org lain yg ingin menegtahui tentang seputeran domain name, windows hosting.. Mmapir juga yuk k
    • Dea Riskanadira: thank you yaw tas info ini . . ni sngat mbntu bwt tgas skul . . mdah"n da info yg lbh brmnfaat lgi bwt smua x . . :) ^_^

    Categories